Ebit G. Ade

Ebiet G. Ade lahir di Banjarnegara, Jawa Tengah, 21 April 1954 adalah seorang penyanyi dan penulis lagu berkewarganegaraan Indonesia. Beliau dikenal dengan lagu-lagunya yang bertemakan alam dan duka derita kelompok tersisih.

Terlahir dengan nama Abid Ghoffar bin Aboe Dja'far di Wanadadi, Banjarnegara, merupakan anak termuda dari 6 bersaudara, anak Aboe Dja'far, seorang PNS, dan Saodah, seorang pedagang kain. Dulu ia memendam banyak cita-cita, seperti insinyur, dokter, pelukis. Semuanya melenceng, Ebiet malah jadi penyanyi -- kendati ia lebih suka disebut penyair karena latar belakangnya di dunia seni yang berawal dari kepenyairan.

Setelah lulus SD, Ebit kecil masuk PGAN (Pendidikan Guru Agama Negeri) Banjarnegara. Sayangnya ia tidak betah sehingga pindah ke Yogyakarta. Sekolah di SMP Muhammadiyah 3 dan melanjutkan ke SMU Muhi. Di sana ia aktif di PII (Pelajar Islam Indonesia). Namun, ia tidak dapat melanjutkan kuliah ke Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada karena tiadanya biaya. Ia lebih memilih bergabung dengan grup vokal ketika ayahnya yang pensiunan memberinya opsi: Ebiet masuk FE UGM atau kakaknya yang baru ujian lulus jadi sarjana di Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto.

Ebiet pertama kali belajar gitar dari kakaknya, Ahmad Mukhodam, lalu belajar gitar di Yogyakarta dengan Kusbini. Semula ia hanya menyanyi dengan menggelar pentas seni di Senisono, Patangpuluhan, Wirobrajan, Yogyakarta dan juga di Jawa Tengah, memusikalisasikan puisi-puisi karya Emily Dickinson, Nobody, dan mendapat tanggapan positif dari pemirsanya. Walau begitu ia masih menganggap kegiataannya ini sebagai hobi belaka. Namun atas dorongan para sahabat dekatnya dari PSK (Persada Studi Klub yang didirikan oleh Umbu Landu Paranggi) dan juga temannya satu kos, akhirnya Ebiet bersedia juga maju ke dunia belantika musik Nusantara. Setelah berkali-kali ditolak di berbagai perusahaan rekam, akhirnya ia diterima di Jackson Record pada tahun 1979.

Jika semula Ebiet enggan meninggalkan pondokannya yang tidak jauh dari pondok keraton, maka fakta telah menunjuk jalan lurus baginya ke Jakarta. Ia melalui rekaman demi rekaman dengan sukses. Sempat juga ia melakukan rekaman di Filipina untuk mencapai hasil yang lebih baik, yakni album Camellia III. Tetapi, ia menolak merekam lagu-lagunya dalam bahasa Jepang, ketika ia mendapat kesempatan tampil di depan publik di sana.

Pernah juga ia melakukan rekaman di Capitol Records, Amerika Serikat, untuk album ke-8-nya Zaman. Ia menyertakan Addie M.S dan Dodo Zakaria sebagai rekan yang membantu musiknya.

Lagu-lagunya menjadi trend baru dalam khasana musik pop Indonesia. Tak heran, Ebiet sempat merajai dunia musik pop Indonesia di kisaran tahun 1979-1983. Sekitar 7 tahun Ebiet mengerjakan rekaman di Jackson Record. Pada tahun 1986, perusahaan rekam yang melambungkan namanya itu tutup dan Ebiet terpaksa keluar. Ia sempat mendirikan perusahaan rekam sendiri EGA Record, yang memproduksi 3 album, Menjaring Matahari, Sketsa Rembulan Emas, dan Seraut Wajah.

Sayang, pada tahun 1990, Ebiet yang "gelisah" dengan Indonesia, akhirnya memilih "bertapa" dari hingar bingar indutri musik dan memilih berdiri di pinggiran saja. Baru pada tahun 1995 ia mengeluarkan album Kupu-Kupu Kertas (didukung oleh Ian Antono, Billy J Budiardjo (alm), Purwacaraka, dan Erwin Gutawa) dan Cinta Sebening Embun d(didukung oleh Adi Adrian dari KLA Project). Pada tahun 1996 ia mengeluarkan album Aku Ingin Pulang (didukung oleh Purwacaraka dan Embong Rahardjo). Dua tahun berikutnya ia mengeluarkan album Gamelan yang memuat 5 lagu lama yang diaransemen ulang dengan musik gamelan oleh Rizal Mantovani. Pada tahun 2000 Ebiet mengeluarkan album Balada Sinetron Cinta dan tahun 2001 ia mengeluarkan album Bahasa Langit, yang didukung oleh Andi Rianto, Erwin Gutawa dan Tohpati. Setelah album itu, Ebiet mulai lagi menyepi selama 5 tahun ke depan.

Ebiet adalah salah satu penyanyi yang mendukung album Kita Untuk Mereka, sebuah album yang dikeluarkan berkaitan dengan terjadinya tsunami 2004, bersama dengan 57 musisi lainnya. Ia memang seorang penyanyi spesialis tragedi, terbukti lagu-lagunya sering menjadi tema bencana.

Pada tahun 2007, ia mengeluarkan album baru berjudul In Love: 25th Anniversary (didukung oleh Anto Hoed), setelah 5 tahun absen rekaman. Album itu sendiri adalah peringatan buat ulang tahun pernikahan ke-25-nya, bersama pula 13 lagu lain yang masih dalam aransemen lama.

Kemunculan kembali Ebiet pada 28 September 2008 dalam acara Zona 80 di Metro TV cukup menjadi obat bagi para penggemarnya. Dengan dihadiri para sahabat di antaranya Eko Tunas, Ebiet G Ade membawakan lagu lama yang pernah popular pada dekade 80-an.

Jika Anda ingin bernostalgia dengan penyanyi yang satu ini, silahkan mendownlod sendiri beberapa tembang hasil gubahan dan dibawakan sendiri olehnya.

  1. Aku Ingin Pulang
  2. Ayah Aku Mohon Maaf
  3. Berita Pada Kawan
  4. Camelia I 
  5. Camelia II 
  6. Cinta Sebening Embun
  7. Dosa Siapa Ini Dosa Siapa
  8. Elegi Esok Pagi
  9. Kalian Dengarkan Keluhanku
  10. Kupu-kupu Kertas
  11. Lagu Untuk Sebuah Nama 
  12. Masih Ada Waktu
  13. Menjaring Matahari
  14. Nyanyian Burung dan Pepohonan
  15. Nyanyian Ombak
  16. Nyanyian Rindu
  17. Nyanyian Suara Hati
  18. Tentang Seorang Sahabat
  19. Titip Rindu Buat Ayah 
  20. Untuk Kita Renungkan

Rhoma Irama

Raden Oma Irama yang populer dengan nama Rhoma Irama, lahir di Tasikmalaya, 11 Desember 1946 adalah musisi dangdut dari Indonesia yang berjulukan "Raja Dangdut".

Pada tahun tujuh puluhan, Rhoma sudah menjadi penyanyi dan musisi ternama setelah jatuh bangun dalam mendirikan band musik, mulai dari band Gayhand tahun 1963. Tak lama kemudian, ia pindah masuk Orkes Chandra Leka, sampai akhirnya membentuk band sendiri bernama Soneta yang sejak 13 Oktober 1973 mulai berkibar. Bersama grup Soneta yang dipimpinnya, Rhoma tercatat pernah memperoleh 11 Golden Record dari kaset-kasetnya.

Berdasarkan data penjualan kaset, dan jumlah penonton film- film yang dibintanginya, penggemar Rhoma tidak kurang dari 15 juta atau 10% penduduk Indonesia. Ini catatan sampai pertengahan 1984. "Tak ada jenis kesenian mutakhir yang memiliki lingkup sedemikian luas", tulis majalah TEMPO, 30 Juni 1984. Sementara itu, Rhoma sendiri bilang, "Saya takut publikasi. Ternyata, saya sudah terseret jauh."

Rhoma Irama terhitung sebagai salah satu penghibur yang paling sukses dalam mengumpulkan massa. Rhoma Irama bukan hanya tampil di dalam negeri tapi ia juga pernah tampil di Kuala Lumpur, Singapura, dan Brunei dengan jumlah penonton yang hampir sama ketika ia tampil di Indonesia. Sering dalam konser Rhoma Irama, penonton jatuh pingsan akibat berdesakan. Orang menyebut musik Rhoma adalah musik dangdut, sementara ia sendiri lebih suka bila musiknya disebut sebagai irama Melayu.

Pada 13 Oktober 1973, Rhoma mencanangkan semboyan "Voice of Moslem" (Suara Muslim) yang bertujuan menjadi agen pembaru musik Melayu yang memadukan unsur musik rock dalam musik Melayu serta melakukan improvisasi atas aransemen, syair, lirik, kostum, dan penampilan di atas panggung. Menurut Achmad Albar, penyanyi rock Indonesia, "Rhoma pionir. Pintar mengawinkan orkes Melayu dengan rock". Tetapi jika kita amati ternyata bukan hanya rock yang dipadu oleh Rhoma Irama tetapi musik pop, India, dan orkestra juga. inilah yang menyebabkan setiap lagu Rhoma memiiki cita rasa yang berbeda.

Bagi para penyanyi dangdut lagu Rhoma mewakili semua suasana ada nuansa agama, cinta remaja, cinta kepada orang tua, kepada bangsa, kritik sosial, dan lain-lain. "Mustahil mengadakan panggung dangdut tanpa menampilkan lagu Bang Rhoma, karena semua menyukai lagu Rhoma," begitu tanggapan beberapa penyanyi dangdut dalam suatu acara TV.

Rhoma juga sukses di dunia film, setidaknya secara komersial. Data PT Perfin menyebutkan, hampir semua film Rhoma selalu laku. Bahkan sebelum sebuah film selesai diproses, orang sudah membelinya. Satria Bergitar, misalnya. Film yang dibuat dengan biaya Rp 750 juta ini, ketika belum rampung sudah memperoleh pialang Rp 400 juta. Tetapi, "Rhoma tidak pernah makan dari uang film. Ia hidup dari uang kaset," kata Benny Muharam, kakak Rhoma, yang jadi produser PT Rhoma Film. Hasil film tersebut antara lain disumbangkan untuk masjid, yatim piatu, kegiatan remaja, dan perbaikan kampung.

Ia juga terlibat dalam dunia politik. Di masa awal Orde Baru, ia sempat menjadi maskot penting PPP, setelah terus dimusuhi oleh Pemerintah Orde baru karena menolak untuk bergabung dengan Golkar. Rhoma Sempat tidak aktif berpolitik untuk beberapa waktu, sebelum akhirnya terpilih sebagai anggota DPR mewakili utusan Golongan yakni mewakili seniman dan artis pada tahun 1993. Pada pemilu 2004 Rhoma Irama tampil pula di panggung kampanye PKS.

Rhoma Irama sempat kuliah di Universitas 17 Agustus Jakarta, tetapi tidak menyelesaikannya. "Ternyata belajar di luar lebih asyik dan menantang," katanya suatu saat. Ia sendiri mengatakan bahwa ia banyak menjadi rujukan penelitian ada kurang lebih 7 skripsi tentang musiknya telah dihasilkan. Selain itu, peneliti asing juga kerap menjadikannya sebagai objek penelitian seperti William H. Frederick, doktor sosiologi Universitas Ohio, AS yang meneliti tentang kekuatan popularitas serta pengaruh Rhoma Irama pada masyarakat.

Pada bulan Februari 2005, dia memperoleh gelar doktor honoris causa dari American University of Hawaii dalam bidang dangdut, namun gelar tersebut dipertanyakan banyak pihak karena universitas ini diketahui tidak mempunyai murid sama sekali di Amerika Serikat sendiri, dan hanya mengeluarkan gelar kepada warga non-AS di luar negeri. Selain itu, universitas ini tidak diakreditasikan oleh pemerintah negara bagian Hawaii.

Sebagai musisi, pencipta lagu, dan bintang layar lebar, Rhoma selama kariernya, seperti yang diungkapkan, telah menciptakan 685 buah lagu dan bermain di lebih 10 film.

  1. Gelandangan
  2. Begadang
  3. Gitar Tua
  4. Rhoma Irama - Ani
  5. Wahai Pesona
  6. Bulan Bintang
  7. Malam Terakhir
  8. Kehilangan
  9. Setetes air hina
  10. Pertemuan
  11. Kerudung Putih
  12. Derita diatas derita
  13. Perjuangan & Doa
  14. BUTA-TULI
  15. Antara teman dan kasih
  16. Terpaksa
  17. B U T A
  18. Kehilangan Tongkat
  19. Yatim piatu
  20. Banyak jalan menuju roma
  21. Kehadirannya
  22. sebujur-bangkai
  23. Pengorbanan
  24. T a q w a
  25. Kata Pujangga
  26. Bimbang
  27. Kusayang Padamu
  28. Cinta Segitiga
  29. Lari Pagi
  30. Camelia
  31. Adu Domba
  32. Air Mata Darah
  33. Kelana
  34. Setetes air hina
  35. Tung Keripit

Nur Asiah Jamil

Di kalangan masyarakat Sumatera Utara, terutama Medan, bahkan  masyarakat Indonesia pada umumnya, ia dikenal sebagai penceramah agama, qariah, penyanyi qasidah, dan dosen. Bahkan, perempuan berusia 64 tahun ini termasuk perintis kelompok nasyid di wilayahnya. Sudah ratusan lagu dan kaset yang ia hasilkan. 

Kegiatan yang digelutinya adalah berdakwah dan memenuhi undangan menyanyi. Selain itu, ia terus mengajar, terutama untuk kelas Taman Pembacaan Al Quran (TPA). Nur Asiah Jamil telah mengusahakan sebuah Yayasan Perguruan Al Quran bernama Nurul Asiah yang terletak di depan rumahnya.

Mengajar di Fakultas Ushuluddin IAIN Sumatera Utara diembannya sebagai dosen luar biasa, karena tugas pokoknya ada di Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumut. Jadi, beliau mempunyai banyak tugas rangkap baik sebagai qariah, artis qasidah, berceramah, dosen dan PNS. Selain itu, ia sering jadi juri Festival Nasyid dan Dewan Hakim MTQ tingkat Provinsi. 

Menurutnya, dulu lagu-lagu qasidah itu disebut  nasyid. Berbeda dengan qasidah, nasyid, hanya pakai rebana, sedangkan qasidah menggunakan hampir semua alat musik. Ketertarikannya akan jenis musik ini adalah ketika seorang sepupunya mengajak belajar nasyid. Sejak saat itu, ia pun rajin latihan. Kebetulan, guru di kursus nasyid itu rata-rata guru madrasah yang sering bermalam di surau milik ayahnya di kampung.
Nur Asiah Jamil termasuk salah seorang andalan di kelompok orkes El Suraya yang dipimpin oleh mendiang H. Ahmad Baqi. Maklum, saya satu-satunya penyanyi wanita. Selama sepuluh tahun bergabung di sana, kami sering diundang ke mana-mana. Baik di dalam maupun luar negeri.

Umumnya lagu yang beliau bawakan setelah tidak lagi bergabung dengan El Surayya adalah hasil ciptaannya sendiri. Dia menyatakan bahwa waktu itu, penyanyi nasyid saja masih langka apalagi penciptanya. Mau tak mau, beliau harus menciptakan sendiri semua lagu yang dibawakan kelompok nasyidnya. Sampai sekarang sudah 500 lebih lagu ciptaannya dan umumnya sangat digandrungi sampai sekarang. 

Itulah sekerlumit riwayat singkat tokoh ini.Dan inilah beberapa tembang lawas yang diciptakan dan dibawakan bersama kelompoknya.
  
  1. PANGGILAN KA'BAH
  2. MENUNTUT ILMU 
  3. BABUS SALAM 
  4. AL-QURAN 
  5. ADIKKU SAYANG 
  6. LAILATUL QADAR 
  7. ASH-SHALATU ALAN NABI 
  8. DEMI MASA 
  9. FAJAR MENYINSING 
  10. IBDA' BINAFSIK 
  11. LEBAH 
  12. BULAN PURNAMA
  13. WASIAT
  14. KASIH BERBALAS
  15. YA MAULIDAN
  16. SEMUT HITAM
Terima kasih atas kehadiran Anda.

Endang S Taurina

Endang Sukesih Taurina, lahir 20 Mei 1964 adalah penyanyi wanita dari Indonesia yang diorbitkan oleh seorang pengarang lagu senior kita Rinto Harahap. Lewat lagunya yang berjudul "Apa yang Kucari" yang sangat sukses besar di pasaran tanah air kita dan Malaysia.

Mungkin kita mengenalnya gara-gara lagu APA YANG KUCARI yang meledak di pasaran itu, sehingga banyak yang menyangka album itu adalah album pertamanya. Tapi sebenarnya karir Endang sudah dimulai sebelum album itu meledak di pasaran. Beberapa album sudah dihasilkan Endang sebelum itu tapi belum mampu mengangkat namanya, boleh jadi karena Endang belum menemukan komposer dan arranger yang pas dengan karakter vokalnya. Hal itu yang kemudian dia dapatkan setelah bertemu dengan A. RIYANTO. 

Beberapa tembang yang enak didengar, silahkan di download pada link di bawah ini !
  1. Desember Kelabu
  2. Jangan Biarkan
  3. Apa Yang Ku Cari
  4. Pemuda Idaman
  5. Benci Tapi Rindu
  6. Antara Benci & Rindu
  7. Hujan Datang Lagi
  8. Sangkar Emas
  9. Katakan Sejujurnya
  10. Indung-Indung
  11. Gelas Gelas Kaca
  12. Seberkas Cinta Yang Sirna
  13. Pertemuan Terakhir
  14. Ku Gadaikan Cintaku
  15. Hati Tertusuk Duri
  16. Rinduku Tiada Yang Tahu
  17. Hati Lebur Jadi Debu
  18. Istri yang setia
  19. Benci Tapi Rindu 
  20. Jurang Pemisah  
  21. Dingin  
  22. Semakin Hari Semakin Sayang 
  23. Tak Ingin Sendiri 
  24. Walau Hati Menangis 
  25. Mulanya Biasa Saja  
  26. Bunga & Kumbang 
  27. Cinta Jangan Dibeli

    Jamal Mirdad

    Jamal Mirdad, lahir di Kudus, Jawa Tengah, 7 Mei 1960; adalah seorang penyanyi senior Indonesia. Ia pernah bermain di beberapa film seperti Ramadan dan Ramona (beserta istrinya Lydia Kandou). Perkawinannya dengan Lydia menimbukan kontroversi karena keduanya berbeda agama. Anak-anaknya sekarang mengikuti jejak ayah-ibunya sebagai pemeran yaitu Nana Mirdad dan Naysila Mirdad. Saat ini ia turut terjun dalam dunia politik dengan menjadi anggota DPR (terpilih) 2009-2014 dari Partai Gerakan Indonesia Raya.

    Pada tahun 1986 Jamal Mirdad menikah dengan Lydia Kandou. Peristiwa ini menjadi begitu kontroversial, karena perbedaan agama. Lydia Kandou yang beragama Kristen dan Jamal Mirdad yang beragama Islam. Perbedaan agama di antara keduanya tidak menghentikan langkah keduanya menuju mahligai pernikahan, walaupun UU Perkawinan 1974 pasal 2 ayat 1 menghalangi mereka untuk bersatu secara sah. Undang-undang tersebut menyatakan : "Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya”. Untuk itu, sebuah perkawinan harus disahkan lebih dulu oleh agama yang bersangkutan sebelum didaftar ke Kantor Catatan Sipil. Konsekuensinya, banyak pasangan berbeda agama tidak dapat mendaftarkan pernikahan mereka di Kantor Catatan Sipil. Karena Undang-undang tersebut, bagi mereka yang akan menikah namun berbeda agama melakukannya secara diam-diam maupun menikah diluar negeri. Namun pasangan Jamal Mirdad dan Lydia Kandou nekad menikah di Indonesia dan memperjuangkan status mereka mati-matian di Pengadilan Negeri. Peristiwa yang terjadi tahun 1986 tersebut begitu menggemparkan. Tentangan dan kecaman dari agamawan dan masyarakat menghantam secara bertubi-tubi pasangan ini. Ketika mereka berdua memang pada saat itu sedang berada dipuncak karier, liputan berbagai media saat itu membuat peristiwa pernikahan beda agama ini semakin heboh. Tetapi setelah melewati perjuangan panjang dan melelahkan dan didasari cinta yang kuat di antara keduanya, akhirnya dengan bantuan pengacara, pernikahan mereka disahkan juga oleh pengadilan pada tahun 1995.

    Wuaaaalah, sudah seperti kabar-kabari. Bagi Anda yang menggemari lagu-lagu monumental suara emas Jamal Mirdad, silahkan mendownload !

    1. Jamal Mirdad - Yang Penting Heppy
    2. Jamal Mirdad - Jamilah
    3. Jamal Mirdad - Hati Selembut Salju
    4. Jamal Mirdad - Hati Lebur Jadi Debu
    5. Jamal Mirdad - Cinta Anak Kampung
    6. Jamal Mirdad - Di Balik Rindu Ada Dusta
    7. Jamal Mirdad - Hati Seorang Kawan Baru
    8. Jamal Mirdad - Sedap Betul
    9. Jamal Mirdad - Siti Julaeha
    10. Jamal Mirdad - Nathalia 
    11. Jamal Mirdad - Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu  
    12. Jamal Mirdad - Cinta Yang Hitam  
    13. Jamal Mirdad - Perawan Desa 
    14. Jamal Mirdad - Sahabat Pena 
    15. Jamal Mirdad FT Endang S Taurina - Mariam Soto ... 
    16. Jamal Mirdad - Susan Bukan Aku Merayu  
    17. Jamal Mirdad - Hati Kecil Penuh Janji  

    Ada sejumlah tembang lainnya, akan kami susul dalam waktu yang dekat